Festival Nafas Univ Maarif Hasyim Latif Umaha Kampus Multikultural dan Pluralisme

SIDOARJO – Universitas Maarif Hasyim Latif (UMAHA) Sidoarjo kembali menyelenggarakan Festival Nafas Umaha 2019, yang dibuat lebih meriah dari festival dua tahun belakangan.

Dimana, tahun sebelumnya diselenggarakan bertepatan dengan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB).

Tahun ini, Festival Nafas Umaha dipadukan dengan festival-festival lain. Pertama ada festival lampion sungai, festival layang-layang, dan  Umaha bershalawat. Rangkaian kegiatan Nafas Umaha berbarengan dengan pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan penyambutan mahasiswa baru pra PKKMB Tahun 2019.

Umaha melepas 370 mahasiswa KKN di tahun 2019 ini. Dilaksanakan 1 Agustus sampai 31 Agustus di empat desa di dua Kecamatan, Krian dan Balongbendo.

Festival Nafas Umaha sendiri adalah bagian dari budaya di Umaha yang terkait dengan Surat Keputusan Rektor tentang budaya cinta Rasul melalui shalawat.

“Ini bagian dari menguatkan rasa cinta pada Rasulullah bagi civitas academica Umaha dan warga sekitar yang nantinya mendapatkan keberkahan dan manfaat,” Warek Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Risbang dan Inovasi, M. Adhi Prasnowo, ST., MT., IPM., ASEAN Eng.

Sebenarnya dalam kegiatan festival Nafas Umaha ini, shalawat menjadi suatu bagian nafas, yang harus terus diadakan. “Yang namanya nafas tidak boleh terputus, Nafas merupakan akronim yg bisa diartikan sebagai Nahdliyah Fi Ahlus Sunnah Wal Jamaah atau gerakan yang dilaksanakan dalam Ahlus sunnah wal jamaah,” imbuh Adhi.

Festival Nafas Umaha 2019 diselenggarakan pada Jumat (26/7) mulai pukul 14.00 dengan festival layang-layang sebagai pembuka rangkaian kegiatan. Pesertanya berasal dari seluruh lingkungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Maarif (YPM) Sepanjang.

Festival layang-layang ini merupakan inovasi sekolah-sekolah yang ada di lingkungan YPM. Layang-layang yang ikut serta berkompetisi dihasilkan dari karya peserta didik baru dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 201 dan mahasiswa Umaha. Total ada 350 layang-layang dan terseleksi masuk final ada 25 buah layang-layang.

Di sore hari dilanjutkan dengan festival lampion. Festival lampion bertujuan menggerakkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli dengan sungai. Selain itu juga sungai harus dijaga kebersihannya, dipertahankan air sungai supaya tetap bermanfaat bagi biota yang hidup di dalamya.

\”Sehingga kita mencoba memberi lampion di sungai agar lebih indah. Ini juga berkesinambungan dengan Gerakan Nyemplung Kali (GNK). Dimana kegiatan tersebut sudah dilakukan ketujuh kalinya. Lebih lanjut juga dalam konteks menyambut HUT RI Ke 74,” jelasnya.

Festival lampion ini sangat menarik, melambangkan bahwa Umaha menjadi universitas yang multikultural dan pluralisme.

“Secara langsung diberi amanah ketika KH. Abdurahman Wachid dan Ibu Hj. Shinta Nurriyah Wachid berkunjung ke Umaha. Merangkul semua suku, golongan, suku dan agama. Ini bentuk elaborasi semua yang ada di Umaha,” kisah Adhi.

150 buah lampion di tata rapi disepanjang sungai yang berada di depan kampus Umaha Jalan Raya Ngelom Megare No.30, Ngelom, Kecamatan Taman.

Puncak acara Festival Nafas Umaha, puncaknya di malam hari dengan bershalawat bersama ribuan mahasiswa, dosen, guru dan siswa YPM dan masyarakat sekitar. Sholawat ini dimeriahkan grup banjari, Baitul Mustofa YPM dibawah asuhan Miftachul Choir yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMK YPM 3 Taman.

Scroll to Top