Sosok Muda, Tidak Muda(h) Lelah dan Mengeluh

Muda usia saja tidak cukup.

Calon bupati Sidoarjo
mendatang harus memiliki sosok yang
visioner, mempunyai intelektual tinggi,
serta berperspektif luas. ”Bukan muda
(pakai ’h’) lupa, lelah, dan mengeluh,”
ungkap Rektor Universitas Ma’arif
Hasyim Latif (Umaha) Dr Achmad
Fathoni Rodli MPd.

Mengapa? Bapak Fathoni berpendapat
bahwa Kabupaten Sidoarjo pernah
tertimpa musibah besar, yakni semburan
lumpur panas. Ekonomi terpuruk.
Lahan pertanian rusak. Namun, pada
kemudian hari, Kota Delta mampu
bangkit. Ekonomi terus tumbuh. Pelayanan
publik meningkat. Bahkan,
be ragam penghargaan tingkat nasional
dan internasional diraih.

Namun, jangan lupa. Masih terdapat
berbagai kekurangan. Terutama fasilitas
kota sebagai smart city. Bapak Fathoni berharap
pemimpin Sidoarjo mendatang mampu
melakukan berbagai inovasi. Harus
cepat. Masyarakatnya pun perlu diajak
dan dilibatkan menuju perubahan.
”Siap menerima era digitalisasi,”
ungkapnya. Integrasi teknologi dalam
tata kelola kota sangatlah penting.
Apalagi pada era revolusi Industri 4.0.

Pengembangan infrastruktur, pemerintahan,
dan pelayanan masyarakat harus
mampu memanfaatkan teknologi digital
secara maksimal.
Bapak Fathoni menilai, saat ini Sidoarjo
masih merangkak menuju era tersebut.
Masih banyak keluhan masyarakat
yang belum terfasilitasi. Aspirasi warga
kota tidak terserap dengan baik. Misalnya,
orang luar mengenal Sidoarjo
se bagai kota dengan usaha kecil dan
menengah yang bagus. Namun, kenya
taannya, pengusaha kecil justru
masih sulit memasarkan produknya.
”Caranya masih konvensional,” tuturnya.

Untuk anak-anak muda atau kaum
milenial yang merintis usaha, dibutuhkan
wadah digitalisasi dalam pemasaran.
Seluruh usaha harus terdigitalisasi.
Begitu pula setiap zona pendidikan
wajib disiapi kemudahan akses internet.
”Itu mutlak,” ujar presiden Perkumpulan
Ahli Dosen RI (ADRI) itu.

Bagaimana mewujudkannya? Dia
menekankan pentingnya perpaduan
antara semangat anak muda
dan seni oritas generasi sebelumnya.
Anak-anak muda sekarang mempunyai
semangat yang sangat bagus. Mereka
selalu me mandang ke depan. Sampaisampai
sering memakai kacamata kuda.

Sebaliknya, generasi senior justru
lebih sering perhatian kepada sekitar.
Terlalu sibuk mengader calon pemimpin,
tapi lupa memandang ke depan.
”Keduanya harus
dipadukan,”
tegas Bapak Fathoni.

Scroll to Top