Ancaman Tapering Off terhadap perekonomian Indonesia

Tapering off atau penarikan stimulus oleh Bank Sentral AS , yang mungkin akan dimulai tahun ini menimbulkan kekhawatiran dipasar keuangan Indonesia.,hal ini bisa diihat Index Harga Saham Gabungan (IHSG ) sempat turun dibawah level 6000 pada pekan lalu, rupiah juga melemah mendekati Rp 14.500 per dolar AS, pasar seakan diingatkan pada kenangan buruk dari kebijakan serupa pada 2013 yang dikenal dengan periode taper tantrum, yang saat itu Ben Bernanke yang memimpin The Fed pada juni 2013 mengumumkan rencananya untuk menarik stimulus dengan mengurangi pembelian obligasi dari US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar, berlaku mulai 2014, efeknya rupiah yang saat itu kuat di bawah Rp 10.000 per dolar AS anjlok hingga ke level 12.000 per dolar AS. Nasib pasar saham pun tak jauh lebih baik. IHSG yang sebelumnya berada dilevel 5.200 jatuh kelevel 4.200 bahkan sempat menyentuh titik terendahnya di bawah 4.000 . Pemerintah mencatat , arus modal yang keluar dari Indonesia saat periode Taper Tantrum mencapai Rp 36 triliun.  Efek dari kebijakan The Fed ini rupiah terus melemah hingga menyentuh 14.690 per dolar AS pada september 2015.

Setelah mencapai puncak pelemahan pada september 2015 akibat taper tantrum rupiah bergerak menguat sebelum kembali bergejolak akibat sentimen perang dagang pada 2019 dan mulai merebaknya pandemi Covid 19 pada tahun lalu. Gelontoran stimulus ekonomi Amerika Serikat dan berbagai negara maju lah yang mendorong rupiah dengan cepat kembali bergerak menguat.

Namun pemulihan ekonomi AS yang ternyata lebih cepat dibandingkan saat krisis finansial global 2008-2009, hal ini turut berdampak pada kebijakan stimulus The Fed. Hasil rapat The Fed akhir juli lalu memberikan sinyal kuat tapering off The Fed akan dimulai tahun ini.

Dewan gubernur The Fed Christopher Waller pada awal bulan ini The Fed kemungkinan mulai mengurangi pembelian obligasi pada oktober 2021, akan tetapi tergantung pada data pengangguran adapun data klaim pengangguran yang di rilis  kamis ( 19/8 ) semakin memperkuat sinyal ini  lantaran berhasil mencetak rekor klaim terendah tahun ini. Ekonomi dianggap telah mencapai tujuannya jika melihat data inflasi dan kemajuan pertumbuhan pekerjaan yang hampir memuaskan.

Meski langkah tapering off semakin dekat , pejabat The Fed telah berulang kali mengatakan bahwa tapering akan terlebih dahulu dilakukan. Sementara kenaikan suku bunga, baru akan dilakukan setelah proses pengurangan pembelian obligasi tersebut rampung dan Bank Sentral AS tak lagi menambah Neracanya. Gejolak kurs rupiah  yang timbul akibat sentimen tapering off The Fed pada tahun ini lebih baik dibandingkan saat periode taper tantrum 2013, hal ini dikarenaakan Fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibanding saat 2013, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan efek tapering off dalam waktu dekat ini tidak akan seburuk  saat taper tantrum 2013 , kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia, kamis  ( 19/8 ). Perry menjelaskan, ada tiga alasan pengetatan stimulus The Fed tidak akan mempengaruhi kondisi domestik sebesar saat taper tantrum 2013.

Pertama, komunikasi yang dibangun The Fed, mencakup prospek ekonomi selama ini sudah sangat jelas. Menyangkut kerangka kerja yang akan dilakukan Bank Sentral AS, mencakup prospek ekonomi, khususnya inflasi dan pengangguran, serta keterbukaan terkait rencana akan dilakukan tapering off. Hal ini mendorong pasar semakin memahami pola kerja otoritas moneter AS tersebut.

Kedua, Perry memastikan BI telah memiliki kebijakan yang sudah di implementasikan selama ini untuk menjaga stabilitas rupiah,

Ketiga, kondisi moneter dalam negeri yang lebih stabil, antara lain dengan cadangan devisa yang cukup tinggi mencapai US$ 137,4 milyar pada juli 2021, angka cadangan ini lebih tinggi dibanding 2013 yang hanya mencapai US$ 98,1 miliar. “ ini lebih dari cukup untuk melakukan stabilisasi”. cadangan devisa yang tinggi terutama didukung oleh kinerja neraca pembayaran yang lebih baik seiring defisit transaksi berjalan yang jauh lebih rendah.Berdasarkan catatan Bank Indonesia , neraca pembayaran pada kuartal kedua 2021 defisit US$ 312 juta, setelah surplus mencapai US$ 4,49 miliar pada kuartal sebelumnya.

Kinerja neraca pembayaran ini tak lepas dari angka defisit transaksi berjalan, sejak pandemi covid-19, defisit transaksi berjalan Indonesia mengecil, bahkan sempat mencatatkan surplus pada kuartal III dan IV tahun lalu. Sementara pada kuartal II 2021, defisit transaksi berjalan US$ 2,23 miliar. Angka defisit ini jauh lebih baik dibandingkan kuartal II 2013 saat taper tantrum yang mencapai US$ 10 miliar.

Dengan optimisme efek tapering off yang tak terlalu buruk , ia menegaskan kebijakan Bank Sentral tetap akan fokus mendorong pertumbuhan ekonomi , yakni dengan suku bunga tetap rendah dan kebijakan makro prudensial akomodatif. Sementara efek tapering off akan di antisipasi BI dengan kebijakan intervensi tiga lapis dan berkoordinasi erat dengan pemerintah.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu memastikan, pemerintah akan menyiapkan langkah mitigasi dalam menghadapi efek yang mungkin timbul dari rencana tapering off The Fed, terutama pada pasar surat berharga Negara. Pemulihan ekonomi AS akan mendorong The Fed memperketat kebijakannya dan menaikkan suku bunga yang berdampak pada aliran modal asing di Negara negara berkembang.

Saat ekonomi Amerika pulih dan suku bunga di Negara tersebut naik, investor akan berbondong bondong menempatkan dana di Negara tersebut. Apalagi jika ekonomi Neara berkembang termasuk Indonesia belum sepenuhnya pulih,” Bagaimanapun perubahan tingkat suku bunga negara maju terutama AS pada perekonomian negara berkembang terutama capital outflow sudah terlihat dari beberapa tahun terakhir sehingga kami akan memitigasi,” kata Febrio.

Resiko tapering off The Fed sudah jauh jauh hari di ingatkan oleh ekonom Chatib Basri yang memiliki pengalaman menjadi menteri keuangan saat indonesia berada pada periode taper tantrum.. Sejak awal 2021, ia menekankan Indonesia harus pulih lebih cepat dari negara negara maju , terutama Amerika Serikat demi menghindari arus odal keluar lebih deras, karena arus modal yang tadinya masuk ke Indonesia akan berbalik ke AS.

Dengan demikian pemerintah harus mempercepat pemulihan ekonomi lebih cepat dengan mengendalikan kasus Cocid-19. Jika ekonomi negara maju pulih lebih cepat, modal asing akan semakin banyak keluar dari Indonesia. Yang akan berdampak buruk pada kinerja keuangan Indonesia dan akan mempengaruhi postur defisit APBN di tahun 2023 yang awalnya diharapkan akan kembali di level maksimal 3 % terhadap PDB.

Scroll to Top