UMAHA Lepas 350 Wisudawan, Siap Berkompetisi di Era Globalisasi

Sidoarjo – Wisudawan dituntut mampu berkompetisi di era globalisasi. oleh karena itu wisudawan harus mampu memiliki daya saing ditengah gempuran tenaga kerja lintas negara.

Hal tersebut diutarakan oleh Rektor Universitas Maarif Hasyim Latif (UMAHA) Sidoarjo, Prof. Dr. H. Ahmad Fatoni Rodli M.pd., seusai menggelar Wisuda Sarjana dan Diploma ke 20 Periode 2 Tahun Akademik 2021/2022, yang diikuti 350 wisudawan dari Fakultas Tehnik dan Fakultas Hukum pada Sabtu (17/09/2022) di kampus UMAHA, Jl. Ngelom Megare Sidoarjo itu,.

“ Tantangan para wisudawan sekarang ini adalah, bagaimana bisa berkompetisi di era globalisasi. Kita sudah persiapkan dengan baik selama ini. Dan harapan kita mereka sudah bisa bersaing,” katanya.

“Ketika tenaga kerja lintas negara, menjadi sesuatu yang lazim sekarang ini. Maka kami mengangkat tema bagaimana kita bisa bersaing dengan teman-teman lainnya,” lanjutnya.

Menurut Ahmad Fatoni, kesiapan sumber daya manusia (SDM) lokal sebenarnya sudah memiliki modal dasar yang kuat karena fakta dilapangan level kompetensi SDM lokal, sebenarnya disukai para penyedia lapangan kerja di luar negeri.

“Kita ini cuma kurang PD (percaya diri). Padalah, dari aspek kompetensi sudah oke dari aspek akhlakul karimah sudah disukai. Tapi dari aspek bagaimana berbahasa, bagaimana berkomunikasi dengan pengalaman internasional, itu yang kurang PD (Percaya Diri). Tapi bukan berarti tidak mampu,” bebernya.

Meski begitu, kata Ahmad Fatoni, masalah kurang percaya diri dalam berbahasa dan berkomunikasi bisa diselesaikan dengan praktis di lapangan. Karena sat ini persaingan tenaga kerja selain antar sesama teman persaingan antara negara-negara lain juga tak kalah sangat ketat.

“Kita bersaing dengan teman-teman. Ini kita pesaingnya ada India, Thailand kemudian Filipina. Lihat saja di Jakarta banyak TKA dari negara-negara tersebut,” jelasnya

Disisi lain, Ahmad Fatoni juga menerangkan bahwa, dalam percaturan ekonomi global, Indonesia harus bisa memberikan warna sendiri. Yaitu ekonomi Pancasila, ditengah berbagai poros ekonomi, seperti ekonomi konglomerasi dan ekonomi sosialis.

“Kita harus memberikan warna yang berbeda terhadap mazhab ekonomi dunia. Ada ekonomi konglomerasi, ekonomi sosialis. Kita harus coba dengan mazhab Ekonomi Pancasila, dengan mengkaji ekonomi Islam yaitu ekonomi syariah. Yang konglomerasi bagaimana, kemudian yang sosialis bagaimana. Kita kaji dengan Badan Ristek Bidang Ekonomi Kerakyatan dengan membentuk pola kerjasama,” pungkasnya. (Sumber : cakrawalanews.co)

Scroll to Top