Semangat Hijrah dalam Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme dan cinta NKRI

Hidup dan aktivitas Kehidupan bukanlah perkara yang ringan dan berjalan begitu saja tanpa hikmah. Kalau kita mau  merenungkan bagaimana perjalanan  Nabi Muhammad SAW dalam sejarah hidupnya, Kenapa Rasululloh harus hijrah dari tempat kelahirannya?  kenapa Ia menahan rasa sakit dan lapar sampai berhari-hari, sampai-sampai baginda Muhammad SAW harus hijrah keluar dari Mekah. Ini menunjukkan bahwa hidup agar bermanfaat dan tidak sai-sia harus digunakan untuk berjuang. Sungguh berat orang meninggalkan tanah kelahirannya, begitu juga Nabi Muhammad SAW.  ketika keluar dari Mekah karena beratnya keluar dari Mekah ia menoleh dan mengatakan  kepada Mekah : “Wahai Mekah Alloh tahu bahwasanya engkau adalah kota yang paling aku cintai, tempat Kelahiranku yang paling aku cintai. Andaikata kaummu tidak mengeluarkan aku darimu secara paksa, maka aku tidak akan keluar dari kota ini”. Ini menunjukkan betapa besar cintanya Nabi Muhammad SAW kepada tanah kelahirannya,  yang kemudian oleh orang sekarang disebut dengan rasa nasionalisme.

Nasionalisme adalah sebuah kata yang tidak asing lagi terdengar di telinga kita, karena pada dasarnya nasionalisme sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Nasionalisme merupakan semangat kebangsaan atau persatuan, dalam perkembangannya dijadikan sebuah paham yang menempatkan persatuan dari berbagai elemen sebagai sesuatu yang vital ada dalam jiwa setiap individu yang bernaung dalam suatu komunitas. Keadaan semacam itulah yang telah diterima menjadi sebutan ideal dalam bentuk komunitas yang lebih besar.

Anderson (2001) berpendapat bahwa nasionalisme belandaskan persatuan dari komunitas-komunitas yang dibayangkan. Kesatuan ini disatukan oleh sebuah persaudaraan yang setara sehingga menciptakan entitas yang utuh. Nasionalisme terbentuk dari kesamaan stimulus sehingga perasaan kebangsaan yang terbentuk adalah sama. Sementara itu Smith (1991) memberikan pengertian nasionalisme adalah kualitas dan integritas kesadaran nasional warga bangsa, atau suatu bangsa definisi nasionalismenya dengan menyatakan bahwa nasionalisme ada sebelum lahirnya bangsa karena sudah ada dalam diri etnis yang kemudian mendorong mereka untuk membentuk negara sendiri.

Nasionalisme dimasa Nabi Muhammad SAW

Telah kita ketahui bahwa rasa nasionalisme sudah ditunjukkan pertama kali oleh Nabi  SAW ketika hijrah, Bagaimana beliau mencintai negaranya dan tempat kelahirannya, karena disitulah beliau dilahirkan. Nabi SAW harus rela keluar dari Mekah demi untuk tegaknya Islam dan kejayaan islam. Bukan berarti beliau keluar dari Mekah melarikan diri.tapi beliau keluar untuk menyusun kekuatan hijrah ke Madinah yang sebelumnya didahului sebagian para sahabat telah pergi ke Madinah. Yang demikian ini bukan karena tanpa alasan. Tapi karena sebab yang mengharuskan mereka keluar dari Mekah yaitu karena banyaknya umat Islam yang dibunuh dan disiksa oleh orang-orang kafir Mekah pada waktu itu, sebagaimana dibunuhnya sahabat sumayyah yaitu orang yang Syahid pertama dalam islam, termasuk Yasir orang tua Amar suami dari sumayyah juga terbunuh, termasuk sahabat Bilal yang ditindih majikannya dengan batu di tengah-tengah terik matahari yang panas. Maka dari situlah ada perintah yang menyebabkan mereka harus keluar dari Mekah menuju Madinah.

 Allah telah mengabadikan dalam surat at-taubah ayat 100 :

ﵟوَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠ ﵞ 

 “ Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka, Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun Ridho kepada Allah, Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang Agung).

 Sungguh besar perjuangan sahabat-sahabat Muhajirin mereka rela meninggalkan harta benda kekayaan, keluarga dan  saudara demi untuk mengikuti perintah hijrah. Maka tidak mau kalah dengan perjuangan sahabat muhajirin, di Madinah sahabat Anshar berlomba-lomba menyambut sahabat muhajirin. Sungguh sahabat Ansor besar jiwanya sehingga mereka mau menyerahkan harta bendanya dan berkorban demi cinta kepada sahabat Muhajirin sehingga tidak ada diantara sahabat Anshor mengatakan: “ ini tanahku,  Ini rumahku,  ini harta bendaku. Tapi justru dengan senangnya mereka berlomba –lomba memberikan kepada sahabat Muhajirin seraya mengatakan” ambil tanahku,  Ini rumahku ambil kamu yang mau,  ini harta bendaku ambil mana yang kamu mau.

Berangkat dari situlah baik sahabat muhajirin maupun Anshar  mereka bersatu padu untuk menyatukan kekuatan. Inilah yang kemudian disebut dengan ukhuwah islamiyah (hubungan persaudaraan karena seagama) dan berkembang menjadi ukhuwah Wataniyyah (hubungan persaudaraan karena setanah air). Maka dari sinilah muncul benih-benih persatuan dan kesatuan untuk menyusun kekuatan demi melepaskan kota mekah dari penindasan dan pendholiman orang kafir mekah.

Nasionalisme dalam Mempertahankan Kemerdekaan  hingga generasi Muda Masa depan

Semangat nilai-nilai hijrah dipakai oleh pejuang pejuang kita dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Selama 350 tahun Indonesia terjajah mulai tahun itu juga Indonesia berjuang dari keterkungkungan dan penindasan, maka kemerdekaan itu tidak akan didapat kecuali dengan menanakan rasa nasionalisme dan cinta Negara  Kesatuan Republik Indonesia. Politik belah bambu digunakan oleh penjajah baik Belanda, Inggris maupun Jepang untuk memecah belah rakyat Indonesia. Maka dengan ukhuwah islamiyah dan ukhuwwah wataniyyah kaum santri dan Kyai beserta seluruh komponen bangsa Indonesia bersatu-padu bergabung berjuang merebut kemerdekaan.

Dengan menanamkan rasa nasionalisme dan cinta NKRI Rakyat tidak mudah dihasut dan dipecah belah oleh kaum penjajah. Mereka sadar  karena dengan kemerdekaanlah mereka bisa beribadah dengan tenang,  dengan kemerdekaan bisa makan tidur dengan tenang, dengan kemerdekaan mereka bisa menikmati kehidupan berdampingan dengan tenang dan damai.

Tonggak sejarah yang terpenting dalam proses nasionalisme di Indonesia adalah ketika lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908, diikuti ikrar Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yang mengilhami lahirnya konsep bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia dan berbahasa Indonesia. Proses nasionalisme tersebut berlanjut dan melandasi perjuangan-perjuangan berikutnya hingga lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah melalui proses yang sangat panjang dan berat. Keberhasilan bangsa Indonesia lepas dari penjajahan melalui perjuangannya sendiri juga melahirkan pengakuan dunia bahwa nasionalisme Indonesia termasuk salah satu yang terkuat karena hanya sedikit negara dari dunia ketiga yang mampu merdeka melalui proses revolusi (Hara, 2000).

Kemerdekaan tidak bisa  didapat kecuali dengan menanamkan rasa nasionalisme pada rakyat bangsa Indonesia. di samping itu kesatuan harus dibentuk agar tidak mudah di pecah belah oleh  penjajah. Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dipertahankan maka untuk menggerakkan hati rakyat Indonesia khususnya agar cinta tanah air dibuatlah mars subbanul Wathan . Mars Subbanul Wathan bukanlah mars NU. Ia adalah lagu kebangsaan milik seluruh bangsa Indonesia meski berbahasa Arab. Ya Lal Wathan diciptakan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1916 saat mendirikan organisasi gerakan bernama Syubanul Wathan yang berbunyi:

 

ياَ لَلْوَطَنْ ياَ لَلْوَطَن ياَ لَلْوَطَنْ

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon

 

حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ

Hubbul Wathon minal Iman

وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ

Wala Takum minal Hirman

اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَنْ

Inhadlu Alal Wathon

 

اِندُونيْسِياَ بِلاَدى

Indonesia Biladi

أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ

Anta ‘Unwanul Fakhoma

كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ

Kullu May Ya’tika Yauma

طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا

Thomihay Yalqo Himama

 

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku

Cintamu dalam Imanku

Jangan Halangkan Nasibmu

Bangkitlah Hai Bangsaku

 

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku

Cintaku dalam Imanku

Jangan Halangkan Nasibmu

Bangkitlah Hai Bangsaku

 

Indonesia Negeriku

Engkau Panji Martabatku

Siapa Datang Mengancammu

Kan Binasa di bawah durimu

 

Mars ini yang kemudian semarak terkenal dengan lagu yalal Waton, lagu cinta tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan hubbul Wathon Ukhuwah wathaniyah bisa dijalin karena ada ikatan sama-sama penduduk negara Indonesia.

Menoleh sejarah kebelakang, ketika di Madinah, Nabi SAW membentuk kesepalatan yang dinamakam “Piagam Madinah”(صحیفة المدینه, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yasthrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau berkeinginan untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Cita-cita tersebut yang kemudian mendorong Nabi Muhammad untuk menyusun sebuah dokumen yang disebut sebagai Mitsaq al-Madinah, dari sinilah kemudian dikenal nama Piagam Madinah. Piagam tersebut juga menjadi dasar hukum bagi kehidupan bermasyarakat di Madinah, untuk itu Piagam Madinah juga terkadang disebut sebagai Konstitusi Madinah.

Piagam Madinah disusun bukan hanya dari pemikiran Nabi Muhammad saja, tetapi meliputi gagasan-gagasan dari semua tokoh stakeholder dalam masyarakat Madinah. Untuk itulah Piagam Madinah disusun berdasarkan konsensus bersama seluruh komponen masyarakat Madinah. Ahli hukum Islam Inggris berdarah IndiaMuhammad Hamidullah bahkan menyebut Piagam Madinah sebagai konstitusi demokratis modern pertama di dunia.

Ketika Nabi Muhammad SAW hijah dari Mekah ke Madinah, beliau ingin mendirikan suatu tatanan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Untuk dapat memahami kondisi dan situasi sosial di Madinah, Nabi Muhammad SAW kemudian melakukan sensus penduduk Madinah. Setelah melakukan sensus Nabi Muhammad SAW kemudian mempertemukan tiga entitas masyarakat Madinah, yakni: Muslim, Yahudi, dan musyrikin. Kaum Muslim terdiri dari Kaum Muhajirin dan Kaum Ansar; Kaum Muhajirin terdiri dari Bani Hasyim dan Bani Muthallib, sementara Kaum Anshar terdiri dari Bani Aus dan Bani Khazraj. Penyatuan Bani Aus dan Bani Kazraj tersebut juga dikenal sebagai Bai\’at Aqabah II. Kemudian Kaum Yahudi terdiri dari Bani QaynuqaBani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Berdasarkan kondisi ini maka masyarakat Madinah pada saat itu adalah komunitas yang pluralistik, untuk itulah kemudian Nabi Muhammad SAW mempertemukan semua komponen masyarat Madinah.

Tindakan pertama Nabi Muhammad SAW setelah bertemu dengan masyarakat Madinah adalah mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar. Pertemuan antara dua kelompok Muslim itu diadakan di rumah Anas bin Malik. Setelah mepersaudarakan kaum Muslimin, Nabi Muhammad kemudian menyatukan seluruh kelompok Yahudi dengan perjanjian aliansi dan kebebasan beragama. Setelah berhasil mempersatukan seluruh kelompok yang ada di Madinah, Nabi Muhammad SAW kemudian merinci perjanjian sosial-politik Madinah, perjanjian inilah yang kemudian menjadi Piagam Madinah.

walaupun berbeda agama mereka bersatu dalam naungan itu kesatuan inilah yang dijadikan pegangan dan pijakan oleh para ulama oleh pejuang kita untuk selalu berpegang teguh pada negara kesatuan Republik Indonesia dalam bingkaian bhineka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu jua).  Dari situ bisa diambil satu hinmah (semangat) satu tujuan kalau ingin Indonesia tetap jaya dan tidak terpecah-belah sampai kapanpun maka nilai-nilai nasionalisme yang ada dalam hijrah Nabi harus ditanamkan pada seluruh rakyat Indonesia, cinta tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia harus ditanamkan walaupun berbeda-beda suku dan Ras dan agama. semua dalam rangka untuk mencari ketentraman dalam hidup berbangsa dan bernegara  dengan tenang damai tidak ada lagi peperangan dan penjajahan. dengan hidup tenang dan  tentram ekonomi cepat terbangun rakyat menjadi Makmur masyarakat bisa bekerja dengan tenang, bisa makan dan tidur dengan nyaman. Dengan begitu keahagiaan dapat dirasakan oleh semua rakyat Indonesia.

Adapun makna hijrah di era kekinian adalah hijrah pemaknaan amal (perubahan sikap dan perbuatan), sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW “hijrah adalah Meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah” maka hijrah kita sekarang adalah bagaimana kita Bangkit kemaksiatan menuju pengampunan,dari kehinaan menuju kemulyaan, dari ketidak jujuran menuju kejujuran dan keadilan, dari keterpurukan menuju kesuksesan dan dari yang biasa menuju ke luar biasa dengan membuat inovasi-inovasi yang baru dan lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur baik yang telah ada ( Al Muhafadhatu ala Qadimis shalih wal Ahdu bil Jadidil Aslah tsummah Aslah). Dengan begitu akan Negara Indonesia akan menjadi negara yang adil dan makmur ( baldatun toyyibatun warabbun ghofur).

Penulis : Dhofirul Yahya, M. Syarif Hidayatullah

Scroll to Top